Aku dan Asma Nadia


Ukh, jadi GALAU.

Why?

SMS konfirmasi pengiriman uang belum dibalas sama karyawan Asma Nadia Publishing House nih. Biasanya itu cepat loh! Apakah jaringan lemot bermain disini? Hmmm. Jangan-jangan, karena kesalahan di Bank BCA tadi pas ngirim uang. Sepertinya teller tak menghitung biaya administrasi. Aku pengen kembali menyerahkan uang tapi ragu jangan-jangan aku yang salah menghitung uang. Biasa terjadi dan bikin malu. Makanya tadi pagi nggak jadi balik ke bank. Paranoid baget deh! Setelah konfirmasi ke Mas Agung, sms-nya udah di bales katanya. Tapi, nggak ada masuk inbox mas? -,- Katanya juga udah dikirim 21 Mei kemirin. Sungguh, SMS konfirmasiku nggak di bales sama sekali. Padahal udah kukirim 4 kali dalam satu hari. Nggak dibales. Gimana kitanya nggak paranoid?? Takut salah kirim atau salah nomor! Setelah aku complain, baru dibalas, OK. Gondok -.-
I'm Asmanadians :D

my favorite books :D

Ngemeng-ngemeng, sudah tiga bulan semenjak mesan online, sekarang baru pesan lagi. Berhubung,  Asma Nadia me-release buku baru judulnya Catatan Hati di Setiap Doaku. Aku memutuskan untuk pesan, soalnya diskon jadi lebih murah. Lagipula buku Catatan Hati yang Cemburu aku belum punya. Jadi sekalian beli deh. Teman Mas Amir juga mesan ke aku. Pesan online dapat TTD! Untung kan, meski belum ketemu sama penulis tapi udah dapat TTD. Jadi pas ketemu (amin!) tinggal memburu foto bareng. Heuheu. Mekanisme mengirim uang juga membuatku belajar gimana belanja online ^^

Dari Forum Lingkar Pena (FLP) Bontang
Mengenal Bunda Asma Nadia berawal dari keikutsertaanku jadi member organisasi kepenulisan ini. Setiap halaqoh aku menyempatkan membaca buku di Rumah Cahaya (RumCay). Di situ aku mulai mengenal Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, Pipiet Senja, Gola Gong, dan lain-lain. Uang lebaran yang terkumpul kubelikan buku penulis FLP. Yang kudapat Asma Nadia, Gara-Gara Jilbabku? dan Bidadari Bukan Untukku. Pertama baca buku itu, ngakak nggak berhenti. Tenyata nggak selamanya buku isinya sastra dan kata-kata yang bejubel. Bikin pusing dan tutup buku. Tapi juga berisi pengalaman yang bisa diambil hikmah pembacanya. Secara aku sangat suka buku yang ada gambarnya dan full color. Dan itu ada di buku-buku FLP! Selain buku, ada album foto. Foto-foto peluncuran buku FLP perdana Kaltim tahun 2000 di Bontang. Tempat yang beruntung adalah Bontang Kuala. Aku melihat mereka makan di anjungan. Aku melihat Asma Nadia dengan jilbab abu-abu. Oh, itu toh yang namanya Asma Nadia. Hmm. Kucatat wajahnya ahahaha.

Aku dan Asma Nadia
Sejak SMP kelas 1 itu, aku mulai memburu buku-buku FLP. Tapi paling ngena sih buku-buku Asma Nadia. Kucari profilnya di internet. Ih, wow! Umurnya udah 30-an tapi kayak masih remaja. Pakaiannya|njuga nggak gombor-gombor banget and full color, euy! Dari berbagai galeri yang kulihat, sebagian ku-save untuk jadi koleksi. Hahahaaa… Oya, saking bagus gambar dan orangnya, aku bikin tema Asma Nadia di Ownskin.com. Yang ngefans download ya :D

Aku mempunyai beberapa idola. Namun perlahan-lahan tanggal karena kepribadian mereka yang nggak sesuai dengan diriku. Kadang makan hati sendiri. Maklum remaja lagi cari panutan. Yang masih bertahan ya itu dia, Bunda dari dua anak, Asma Nadia. Selebihnya aku masih mengidolakan band barat, tapi hanya buat teriak-teriak bersama ketika badmood. Kalau sudah ke Asma Nadia, rasanya udah kayak murobbi sendiri, diceramahi lemah lembut via ‘buku’-nya. Buku adalah kado untuk umat, kata beliau. Ustadzah versi lain ya hehee.

Ada adegan yang sadis banget. Aku pernah marah banget ketika temanku yang terkenal kibul mengejek Asma Nadia. Nggak terima!

“Ngapain kamu ngolok-ngolok! Kamu nggak tahu apa-apa!” kataku sambil melempar tip-ex. Sayangnya tidak kena. Teman sekelasku kaget dan ingat banget peristiwa itu sampai sekarang.

“Bener-bener marah. Kayak bukan kamu. Hohoho”

Lain waktu aku memakai jilbab permen or gradasi.

“Sudah mirip Asma Nadia, Bin!”

Itu karena mereka sering lihat binderku yang penuh gambar Asma Nadia yang memakai jilbab permen alias jilbab gradasi. Tapi tetep aja bedalah. Aku hanya ingin mencoba! Lagipula pakai jilbab ini kan hemat dan bisa dipadupadankan dengan baju lain, sesuai kata beliau. Model jilbab mereka juga meniru orang-orang sinetron yang seliweran di tipi itu heh? Nggak aku aja kan yang niru!

Ada pengalaman lucu nih. Ketika Jumbara PMR yang di Gorontalo tahun 2011 lalu. Setelah upacara pembukaan diisi dengan Norman Kamaru yang kala itu lagi nge-tren. Aku dan teman-teman memburu untuk foto bareng. Agaknya terlambat dan kami harus ngantri siang-siang di depan tenda, yang di dalamnya ada Norman. Kami mengantri daritadi tapi selalu disalip sama orang lain. Kesel banget! Sampai pas giliran kami yang masuk, Normannya keluar pakai dikawal brimob. Nggak kasian ngeliat kami basah kuyup keringetan langsung masuk mobil merah. Aku yang membawa adik-adik menenangkan mereka supaya nggak nangis. Sebenarnya aku pengen nangis juga, tapi nangis di dalam hati. Songong banget eh! Padahal tinggal kami yang minta foto loh. Dari situ aku tenangkan diri.

“Lebih baik aku nangis nggak ketemu Asma Nadia daripada nangis cuma gara-gara Bang Norman!”
TTD beberapa utusan Palang Merah Internasional di buku Jilbab Traveler :D


Inspiratif!
Buku-buku Asma Nadia yang tidak hanya berkisar remaja saja tapi merambah ke ibu rumah tangga. Beliaunmenciptakan sebuah pegangan dalam mengarungi hidup ini. Mengubah pandangan yang sulit dengan sudut yang berbeda dengan kreatif. Selain itu, kehidupan Asma sendiri yang dulu serba prihatin dan maminya yang mualaf. Mami yang baik hati mengajarkan asyiknya membaca. Bahkan maminya yang tak berjilbab tak membuat dirinya mundur untuk berjilbab. Padahal saat itu jilbab tidak diperbolehkan. Sempat dikeluarkan dari sekolah. Tahu ini dari buku Twitografi Asma Nadia. Sedih banget. Ketika aku mendapati foto Asma ketika SMA dan dia sendiri yang berjilbab!! Subhanallah.


Aku sudah membaca buku Catatan Hati Bunda. Ih, wow! Jadi tambah sayang sama penulis yang satu ini :D
Kerangka tugas cover TIK nih. Alhamdulillah dapat 95 :D Kapan ya Bunda jadi kover majalah remaja? hoho

seorang adik di facebook membuatkan ini, sebagai tugas komputer di sekolah. dan dapat nilai bagus katanya. usahanya layak diapresiasi, bbrp waktu ke depan akan dipakai utk pp asma nih:) - Asma Nadia

Hadiah, Halangan dan Motivasi dari Sebuah Buku
Aku jarang ikut kajian dan halaqoh karena kesibukan lm sekolah. Namun, dengan mengoleksi buku-buku Asma Nadia, aku masih bisa menjaga sholat dan ngaji. Secara nggak langsung Asma Nadia menjadi ustazah untukku. Yang selalu mengingatkanku di setiap lembaran buku beliau :D

Ayah juga selalu mendukung setiap aku ingin membeli buku Asma Nadia. Karena Ayah tahu buku-buku apa yang kubeli. Bermutu pastinya. Di Bontang ini, toko buku jarang up todate buku-buku Asma Nadia, Cuma 1-2 toko buku. Itupun tidak ada TTD-nya. Ke Samarinda? Watsaaahhhh… Mabuk coi! Alergi sama bau mobil kijangku yang busyeettt. Sekarang aku lebih sensitive bau-bauan. Tapi perlahan sekarang ada obatnya, setel lagu-lagu favorit dari flashdisk. Alhamdulillah. Tapi sekarang masih lebih baik beli online. Dapat TTD! Hehe.

 Aku sekarang sudah mengumpulkan buku Asma sebanyak 30 buah. Ketika mendapati teman mempunyai buku yang lama, aku barter dengan buku Asma yang baru. Aku benar-benar nggak mau ketinggalan. Selain buku remaja, ada juga buku tentang pernikahan. Aku memang belum menikah, tapi buku ini bisa menjadi semacam pegangan dan sarana belajar.

Setiap ada yang menikah aku selalu hadiahkan buku Sakinah Bersamamu. Kumpulan cerita yang bagus sekali untuk pengantin muda. Bahkan terbesit dalam hati aku akan membeli buku itu banyak-banyaknya untuk teman-temanku yang akan menikah. Ini sambil main tebak-tebakan ahaha. Siapa yang start duluan hihihii. Pokoknya harus ngundang, minimal kabarin hehe.

Buku Twitografi Asma Nadia juga tak ketinggalan bagusnya. Bunda yang satu ini bisa dibilang sangat mengerti selera pasar. Di saat ini banyak yang lagi demen sama status twitter atau FB. Twit yang di buku ini juga dalem banget maknanya. Buku ini mengena banget! Isinya juga nggak hanya satu hal, tapi banyak. Ada pacaran, patah hati, diet, merokok, parenting dan lain-lain. Buku ini juga sangat aku rekomendasikan untuk hadiah teman-teman yang remaja atau yang(sudah menikah. Klop dalam satu buku!
hadiah buat temen. Katanya buku bagus n kocak

Niat baik memang tak selamanya disambut dengan baik pula. Contohnya aku pernah hadiahin Twitografi itu untuk sepupu. Aku sudah bela-belain nabung dari uang jajan. Meski saat itu dihantam TO UN pertama. Sampai hari itu tiba, aku malah sakit dan mesti dirawat di rumah sakit. Terlambat ngasih hadiahnya, jadi di rumal sakit aku baru bisa kasih. Besoknya, sepupuku itu menjengukku. Aku tanya apa dia suka? Dia hanya senyum-senyum. Memang setelah dia balig makin malu aja tuh anak. Ada ibunya, terus nyeletuk.
“Lah Mba Binti ini, malah ngajarin adeknya baca buku gitu. Bukan buku sekolah.”

Jlep. Sakit hati. Aku udah mati-matian nabung dan menimbang-nimbang hadiah yang terbaik untuk dia. Aku yang di infus kala itu langsung terdiam.

Emang kita belajar hanya dari buku sekolah. Itu hanya formal. Masih banyak pelajaran yang bisa diambil dari pengalaman orang lain dengan bijak. Ada banyak hal yang tidak diajarkan di sekolah. Lagipula buku itu kukira tepat karena di dalamnya adi twit pacaran. Tapi kata-kata itu tak sempat kukatakan. Aku sedih. Sekali lagi, niat baik tak selamqnya disambut dengan baik pula. Sampai sekarang aku masih ingat kta-kata itu. Buku itu tak lain refleksi dari berbagai hal yang ing)n kuktakan, tersampaikan dengan indah oleh Asma. Aku satu suara dengannya. Hadiah itu memang hanya sebuah buku. Tapi tolong dihargai niat baik ini.

Oya, buou Twitografi ini juga sangat menginspirasiku. Twit “Gali potensi lain, biar eror nggak bikin minder,” kata-kata yang melecutkan semangatku di lomba CC Anti Narkoba sampai tengah malam itu. Aku banyak remedi, tapi aku harus menang di lomba ini. Biar remedi itu nggak bikin minder sekaligus kekuatan yang bisa terus mengangkat wajah ini. Alhamdulillah menang juara 2. Dan pengalaman ini aku share di fanpage Asma Nadia, terpilih jadi pengalaman yang terbaik dan berhak mendapat buku motivasi dan gratis ongkir.

Aku juga biasanya mempromosikan buku ke orang rumah. Kakak cowokku suka membacanya, sepupu yang satunya juga suka. Bapak jarang baca. Ibu nggak mau baca. Budaya membaca memang perlu digalakkan di rumah.

Pedagang Kaos, Buku, Tas, Sampai Baju
 Buku online yang pertama kali kubeli adalah Jilbab Traveler. Secara Asma Nadia baru meluncurkan buku perdana dari penerbitann}a sendiri, Asma Nadia Publishing House, setelah keluar dari Lingkar Pena Publishing House. Sebelumnya aku benar-benar kesulitan mendapatkan buku Lingkar Pena termasuk buku-buku Asa Nadia. Lingkar Pena juga kayaknya tida{ ada system beli online. Jadi hanya bisa nunggu dengan rajin di Gramedia.

Jilbab Traveler juga menyediakan kaos Jilbab Traveler, harganya 20rb dan tersedia dalam warna hitam dan pink. Gebrakan yang bagus menurutku untuk mengawali dunia penerbitan sendiri. Seketika saja aku memesan buku plus kaos warna hitam. Sekaligus perdana aku mengirim uang untuk beli buku. Malah aku kirim uangnya dari bank BRI ke BCA. Kebayangkan mahalnya :P Untung disaranin teller-nya untuk langsung ke BCA-nya. Paketan sampai Bontang. Tapi kok kaosnya warna pink?? Pink kan cepat kotor. Hadeuh! Yaaa udah terima aja. Lebih girlieeeee.

Iklan buku juga lebih gembar gembor di multiply-nya dan facebook. Setiap hari ada saja status tentang rekomendasi bukunya. Dan nggak mengecewakan karena banyak yang membeli, apalagi beli online dapat TTD. Sekarang, sudah menjamah ke bisnis tas dan baju desain sendiri. Keren banget! Muncul deh jiwa bisnisnya hihihii. Tengok aja di www.tokoasmanadia.com. Tas yang dijual pun desainnya limited edition, ramping, dan  unik. Sejauh ini masih tas ransel karena Asma Nadia sendiri penggemar ransel, belum ada yang selempangan. Kata beliaunya sih harganya terjangkau. Tapi aku masih aja nggak ngertos. Tetap aja mahal. Lah, aku terbiasa beli tas yang biasa dihampar di emper toko gitu hahahhaa. Tas pink ramping model kupu-kupu kubeli dengan harga 200 ribu, belum lagi ongkirnya. Katanya sih tergolong murah. Yaaa, tetap aja dibeli. Apa sih yang nggak buat idola?? ;p Koleksi Asma Nadiaku juga bisa dibilang yang terlengkap dibanding band-band kesayanganku yang lain.



Galau Nunggu Paketan

Deg-degan itu…nunggu paketan datang dari om JNE. Wahaha.

Biasanya dalam 2-3 hari sampai di Bontang. Kadang aku asyik nungguin sampai bela-belain nggak keluar rumah, eh malah nggak dateng. Semua deru motor yang kudengar di depan rumah selalu kuduga motor om JNE. Duuhh, dikit-dikit nengok. Capeeeeeeeeekkk!! Kayak nungguin pacar gitu ahahha XP (eits, aku nggak punya pacar hoho) Sebaliknya jika aku mencoba asyik di luar rumah (ceritanya mengalihkan perhatian hehe), eh malah datang. Sudah nongkrong(manis di meja belajar. Ih, gemes!

Nggak sabar baca buku Catatan Hati di Setiap Doaku. Buku serial Catatan Hati yang cetak ulang dalam 3 hari. Amazing! Jangan nggak baca, rugi loohh!

paketan datang
yes, i've got something to read! :D


Melukis Cahaya

Ups!
Aku jatuh cinta pada kamera juga karena lihat gambar Asma Nadia dan hasil karyanya. Learning by watching. Dunia dalam lensa itu luar biasa. Jangan lihat pemandangan pake mata terus. Sesekali mesti mencoba jepret, melatih melukis cahaya alias seni fotografi. Coba eksplor kemampuan dengan otak kanan. Seru loh!
She was take a picture


Some picture of her...
:p
ketawa lepas
pengusaha berjiwa sosial
penulis islami yang oke banget
Hihii. Lucu ya


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lomba Horor Tengah Malam

Talk About MAMA

Binti, Binti, dan Binti