Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2012

Ending Sebuah Perkenalan

Gambar
Teman-teman kelas X Teman2 yang menemani selama 2 tahun, kelas XI dan XII Pengurusan ijazah tinggal menunggu hari. Ada yang sabar menunggu. Ada yang marah-marah karena lama banget. “Syarat daftar ulang kurang nih!” “Sabar dong! Kita juga belum dapet.” “Tapi kan daftar ulangmu masih lama, plen !” “Hoho.” Aku senang banget bisa bertemu dengan teman-teman SMA di awal-awal MOS SMAN 1 Bontang tahun 2009. Wajah-wajah baru dan tentu saja dengan cerita yang baru juga. Tiga tahun bersama membuat hari-hari tak sepi. Ada saja yang mengapa ketika bertemu menepuk bahuku serta memelukku ketika cobaan berat mendatangiku. “Aku yakin. Kamu bisa, Bin! Sukses di IPA ya.” “Jangan nangis ya, Bin. Aku tau kamu kuat.” Tertawa di depan kelas bareng teman-teman gokil. Salah satunya Bennita, Yola, dan Tika. Tiga orang dengan tawa dan canda yang unik juga. Tapi kebanyakan aku sih yang jadi bahan ketawaan. Loh?? Kasian dong. Megap-megap kepedasan makan Maicih berbagai level dengan

Ketika Kemampuanmu Diragukan

Gambar
Banyak yang tertegun dan meragukan ketika aku memutuskan masuk jalur SNMPT tulis IPC, kecuali ortuku. “Percuma dong 2 tahunnya!” “Susah. IPS mesti dipelajari juga!” “Yakin bisa tembus?〝 Tapi ada juga yang mendukung ketika aku memutuskan memilih psikologi IPS karena psikologi IPA gradenya tinggi sekali dan berada di luar Kaltim. Sedangkan aku nggak direstui kuliah di luar Kaltim. Ya, sy sadar diri jika memilih Psikologi IPS ada komentar merendahkan. Sy punya masa lalu yang kelam. Hmmm. bisa dibilang begitu dah. “Cocok tuh. Semoga keterima ya!” “Semoga lolos, Bin!” Ada yang membuatku sakit hati karena seorang teman. Dia juga masuk psikologi. Dia dari jurusan IPS. Gatau maksudnya bercanda atau serius. Tetap aja, aku tersinggung. “Anak IPA ini harus dibinasakan. Kalau IPS baru dibina.” Duh, pikirannya. Emang IPS nggak ada yang ambil kuliah di IPA? Ada lagi. Ketahuan deh. Gina saja yang IPS bisa masuk kebidanan Poltekkes. Febrian, Ali, dan lainnya masuk STT

Binti, Binti, dan Binti

Gambar
Hi, my name is Binti :D Aku terlahir sebagai anak kedua dari empat bersaudara. Anak paling ganteng. Bahahaa. Maksudnya anak cewek sendiri. Hehe. Merasa istimewa karena terlahir pada saat tahun baru masehi tahun 1994. Lebih istimewa lagi, tanggal lahirku sama dengan tanggal lahir mamakku. Kompakan ceritanya neh ^^v Tapi jujur ya. Aku nggak suka dipanggil ‘mba’ sama teman-teman sebaya. Merasa paling tuhak atau malah tampang ibu-ibu ya? Bahahaaaa. Kalau ini mah keterlaluan kali, masih ABG gini dipanggil Ibu. “Heik? Apa?” pake muka heran jelek. Nggak terima. “Karena kamu dewasa!” Ya Allah… Dewasa sih dewasa. Tapi nggak usah sampai panggil mba kali. Justru ketika mereka memanggil namaku yang kusuka, aku merasa dihargai dan disayang. “Mba Bin!” Nggak noleh. “Binti!” Baru noleh. Back to the poin. Dulu aku tak tahu arti dari sebuah nama. Aku hanya mengerti kalau namaku, Binti. Begitu orang-orang memanggilku. Dari lahir sampai SD tak ada yang mengol

Berbagi Rumah

Gambar
Di rumahku memang rameh. Cukup besar. Alhamdulillah. Aku pun tidak tinggal sendiri. Ada kakak Bapak dan om. Kamar di belakang kadang di kira kos-kosan. Padahal bukan hehe. Dulu aku tidur di kamar sendiri sebelum kakakku pindah ke kamar belakang. Aku leluasa melakukan apapun di kamarku. Bahkan aku pernah lari ke luar kamar sambil menangis tiba-tiba karena mendengar kucing mengeong. Hahaha. Tapi sejak kelas 5 SD aku harus berbagi kamar dengan kenalan Bapak, cewek. Namanya Mba Puji. Dia kerja lapangan. Bolak-balik Sangatta-Bontang. Pembalap sekali dah pokoknya. Awalnya sih aku enjoy karena ada teman ngobrol. Bisa pinjam lepinya dan printer. Tapi lama-lama nggak nyaman. Kadang nelpon sampai tengah malam, saat waktunya aku tidur. Sampai bau parfumnya yang sedikit bikin aku pusing. Lumayan lamalah dia numpang di kamarku. Aku jadi jengkel. Dan kurang ngerasain yang namanya ruang privatku. Tapi akhirnya mbanya pindah dan cari kosan lain. Tapi cerita berbagi kamarku tak berhenti

Behind Scene Of My SNMPTN Tulis (3)

Gambar
Gini ya rasanya jadi orang jualan. Hehe Dag dig dug der!! Gluduk gluduk gluduk. Ini suara gledek atau orang jatuh apa ya? Oh itu suara jantungku. Ciaahh… beda ya? :P Makin aneh menjelang pengumuman SNMPTN Tulis. Haha Aku sadar diri untuk memainkan strategi dalam mendaftar di dunia perkuliahan. Karena banyak kemungkinan di sini, lulus atau tidak. So , aku mengambil jurusan analisis kesehatan dan keperawatan di Poli Teknik Kesehatan Samarinda (Poltekkes). Sedangkan di Perguruan Tinggi Negeri aku menunjuk Kampus Universitas Mulawarman sebagai tempat berlabuh (kapal kaleh!), aku ikut IPC, ambil Psikologi, Biologi MIPA, dan Manajemen Sumberdaya Perairan. Tentu saja sudah kupikirkan matang-matang (sampai hangus) mengenai prospeknya ke depannya. Sudah ku- list rencana-rencana jika misalnya aku masuk jurusan ini atau ini. Penting sekali untuk memainkan prasangka baik dan buruk di situasi seperti ini. Tak lain supaya menyeimbangkan prasangka. Jadi nggak kaget kalau misalny

Behind Scene Of My SNMPTN Tulis (2)

Gambar
Suasana kamar asrama Sekarang perjalanan Bontang-Samarinda terasa begitu menyenangkan. Karena aku bisa menyetel lagu kesukaanku sepanjang jalan di dalam mobil. Dari yang nge- scream sampai yang mellow. Mamak pernah protes. “Lagu apa ini?”, kata mamak “Yaa… namanya juga anak muda”, bapak pun membela. Hoho Alhasil tak ada mabuk. Adanya malah menikmati pemandangan dan asyik bernyanyi lirih. Kalau keras bikin keselek ahaha. Maklum nggak pinter nyanyi eh. Selama di Samarinda, aku menginap di asrama putri Bontang. Tidur harus berbagi di kasur. Akhirnya tidur di kasur juga. Tau nggak? Di kamar aku tuh tidur di atas karpet. Haha. Kamarku sempit karena banyak barang kalau di kasih kasur makin sempit. Udah gitu tidur sama 2 sepupu. Mau minta beliin kasur lipat, tapi ndak enak sama bapak. Udah latian duluan nih, tidur di lantai hahahaa. Selain aku, ada Gina, Maulid, dan yang lain. Mandi angkat air, makan bikin sendiri/beli di luar, cuci baju  dengan air hujan. Aku sih uda

Nikmat Mana Lagi yang Engkau Dustakan??

Gambar
Paket datang! Nizar liatin foto Kak Oki. "Sapa nih? Cantik amat!" mungkin begitu pikirnya haahaha Tuuuuh kan, paketan nggak ditungguin datang juga! :D Ditungguin malah lama betul. Emang ya, nunggu itu pekerjaan yang menyebalkan. Untung nggak ditungguin ahaha. Alhamdulillah dapat buku, Al Qur'an, dan foto kak Oki Setiana Dewi gratis. Gratis sih gratis tapi ada syaratnya, nulis! Jadi nggak gratis betul hehe. Nggak mau jadi mental gratisan.  Sekali lagi, puji syukur kepada Allah karena memberiku rezeki lagi. Sebenarnya dari awal aku punya agenda ini sebelum pengumuman SNMPTN tulis. Sebagai ajang sedikit mengalihkan perhatian gitu. Lomba nulis di web kak Oki dan ngirim karya fotografi di halaman Potret Kota Bontang Post.  Subhanallah, semua terpenuhi :) Saya lulus SNMPTN di jurusan favorit saya, psikologi Universitas Mulawarman.Karya fotografi saya telah dimuat di Bontang Post, dan saya masuk 3 besar tulisan terbaik lomba di web Kak Oki. Judulnya Mimpi-

Behind The Scene Of My SNMPTN Tulis (1)

Gambar
Belajar di hari terakhir di asrama Aku di kelas biasa saja. Masuk 20 besar udah Alhamdulillah. Hohoo. Jadi ketika 6 orang di kelas yang masuk undangan, aku tenang saja. Memang bukan rezekiku ya kan ya. Toh selain ada SNMPTN undangan, ada jalur tulis dan mandiri (lokal). Tapi aku sih usaha di jalur tulis. Sebelum pendaftaran, aku hunting jurusan dan tanya sana sini. Konsultasi ke guru pun tak luput. Di FB gabung grup resmi SNMPTN 2012. Jadi lumayan terbantu dengan info-info ter-update. Sempat galau dengan jurusan dokter gigi dan tempat kuliah. Nanya ortu, guru, teman, sampai diri sendiri. Tak lupa melihat nilai rapor, dimana dapat nilai tinggi. Edisi sadar diri nih haha. Khusus tempat kuliah, ortu nyaranin di Samarinda, kalau bisa di Bontang aja sekalian. Heik? Bosannya aku di Bontang. Hho. Pengen sekali-kali di luar Kaltim. Iri liat temen kuliah di luar dan bisa rekreasi di tempat yang indah banget. Sempat berkelahi sama diri sendiri and masang muka jutek sama ortu. Tapi se

Don't Stop Step!

Gambar
Karya sederhanaku Boleh saja aku bukan seorang Student Journalism Bontang Post lagi, tapi semangat menulis tidak boleh meluntur. Boleh saja aku tidak punya buku sendiri, tapi dengan terbitnya karyaku di koran itu tidak menghalangi untuk ke tujuan awal, punya buku sendiri. Hmmm... Boleh saja, teman-temanku punya kemampuan di bidang akademik dan seni, tapi aku ingin lewat jalanku sendiri, menulis. Boleh saja aku remedial di mapel Bahasa Indonesia, tapi menulis bagiku tidak terkekang kaidah-kaidah karena ia adalah ajang merefleksikan diri dengan muhasabah. Menulis, uniknya bisa menemukan sisi berbeda dari pemikiran dan terkadang kata-kata unik yang menakjubkan sampai nyeleneh.