Hey, What To Wear??
Aku jengkel sekali di suruh pakai
baju yang dipilihin sama Mamak. Duh, Mak, aku kan punya selera sendiri. Baju
yang aku pakai ‘kan pertanda suasana hati (cieh). Jadi nggak bisa dipaksa harus
ini itu setiap hari. Memang ini terkadang terjadi karena aku rajin memakai baju
ini itu saja padahal di lemari banyak pakaian. Tapi kalau nggak ada acara di
luar rumah, aku senang pakai yang santai sedangkan di lemari itu banyak baju
pergi. Aku kan nggak kemana-mana toh. Aku bukan kayak Ashar atau Nizar yang
selesai mandi, baju sudah dipilihin dan siap pakai.
Dulu ketika aku masih SD, masih
lugu dan polos minta ampun. Badan kayak lidi. Nggak kayak sekarang. Heu. Sering
tanpa meminta pasti dibeliin baju. Aku hanya disuruh milih ini atau itu, terus
keputusan ada di tangan mamak. “Ini aja ya? Kamu ‘kan cepat besar. Biar dipakai
lama”, bujuk Mamak jelas tanpa ragu dan sedikit memaksa. Aku yang lugu itu pun
hanya mengiyakan. Meski dalam hati, baju apa itu? Gombrong banget. Ahahahaa.
Syukur dibeliin.
Eh, tahu nggak? Baju lebaran
kebanyakan dibeli satu bulan sebelum bulan puasa dimulai. Kebayangkan harganya
yang sangat terjangkau. Hoho
Nah, Mommy sayang. Aku sekarang
sudah besar. Sudah bisa milih baju sendiri. Tentu sesuai dengan selera sendiri.
Sampai Mamak dan Bapak pun lepas tangan mengenai ini. Kebanyakan baju yang
dibelikan Mamak jarang aku pakai. Terlihat ‘mamak’ banget. Hehe. “Beli sana
sendiri. Bapak kasih uang.” Asyik! Eh, tapi lebih asyik kalau bareng mereka.
Uang kurang, tinggal nambahin. Hihi.
Contoh baju yang dipilihin Mamak
adalah baju muslim coklat. Sering sekali kupakai. Nyaman saja. Nggak kelihatan
tua juga. Baju itu dipilih ketika aku kelas 2 SD dan bertahan sampai kelas 1
SMA. Gombrong sangat!
Aku masih ingat ketika memakai
baju itu. Tepatnya selesai lebaran, aku gendong adikku, Ashar, masih kecil. Masih
bayi, dan lutu. Sekarang? Masih ada imutnya meski agak amit-amit :D Aku ajak ke
rumah tetangga. Naik ayunan berdua. Aku pangku dia dip aha sambil megang
erat-erat. Pemilik rumah duduk santai di seberangku. Then…
Gedebruaaakkkkk!!!
Aku terpleset, terbalik ke
belakang, dan jatuh. Kepalaku menyium cor-coran. Adaww! Sakit! Pusing! Adekku
selamat karena aku mendekapnya dengan kuat. Pemilik rumah membantuku dan
mengantar pulang ke rumah. Cukup aku saja yang menderita, jangan kamu deh.
Huhu. Besoknya sakit panas. Alhamdulillah baik lagi.
Sebelum peristiwa itu. Aku
bagaikan orang gendut. Bukan gendut orangnya, tapi karena kebesaran baju.
Sampai heran tetanggaku itu, langsung melipat kain yang kepanjangan melebihi
tanganku. Lucu sih tapi sakit juga.
Mungkin karena mamakku dulu
sering membelikan baju dan celana yang gombrong daripada baju ketat dan celana
jeans, berdampak sekarang. Aku sangat suka memakai pakaian yang nggak terlalu
ketat. Kalau ketat rasanya gimana gitu. Kayak orang lain ngeliatin body kita.
Yeaa… geer dih. Hihi. Alhasil, celana jeans cukup lebar, gak pas bgt di kaki, hanya kupakai
untuk perjalanan jauh. Jarang kupakai di dalam kota, hanya sekali dua kali.
Selebihnya pakai celana kain.
Paling bingung kalau mau keluar
rumah. Kebiasaan baju tambal dengan jaket. So,
what to wear?? :P
Karena lebih sering cari aman
begitu. Sekarang lebih sering mantengin majalah Kawanku atau Gadis. Sekadar
cari inspirasi baju yang enak dipakai, nggak berlebihan dan nggak alay. Kulihat
teman kanan kiri, bajunya pada gaul. Aku masih sederhana banget. Nggak ada tuh
yang namanya pakai blazer, jaket jeans, jeans pensil, de el el. Hahahaaa. Nah,
waktunya hunting! Udah mau kuliah loh ya :P
Komentar