Behind The Scene Of My SNMPTN Tulis (1)
Belajar di hari terakhir di asrama |
Aku di kelas biasa saja. Masuk 20
besar udah Alhamdulillah. Hohoo. Jadi ketika 6 orang di kelas yang masuk
undangan, aku tenang saja. Memang bukan rezekiku ya kan ya. Toh selain ada
SNMPTN undangan, ada jalur tulis dan mandiri (lokal). Tapi aku sih usaha di
jalur tulis.
Sebelum pendaftaran, aku hunting
jurusan dan tanya sana sini. Konsultasi ke guru pun tak luput. Di FB gabung
grup resmi SNMPTN 2012. Jadi lumayan terbantu dengan info-info ter-update.
Sempat galau dengan jurusan dokter gigi dan tempat kuliah. Nanya ortu, guru,
teman, sampai diri sendiri. Tak lupa melihat nilai rapor, dimana dapat nilai
tinggi. Edisi sadar diri nih haha. Khusus tempat kuliah, ortu nyaranin di
Samarinda, kalau bisa di Bontang aja sekalian. Heik? Bosannya aku di Bontang.
Hho. Pengen sekali-kali di luar Kaltim. Iri liat temen kuliah di luar dan bisa
rekreasi di tempat yang indah banget. Sempat berkelahi sama diri sendiri and
masang muka jutek sama ortu. Tapi setelah berpikir sisi baik dan buruknya
beberapa hari, aku memutuskan untuk menurutinya. Insya Allah pilihan ortu itu
yang terbaik. Naluri melindungi mereka itu loh yang bikin aku mikir juga.
Bagaimanapun, ridho ortu itu ridhonya Allah. Insya Allah, meski kuliah di
Kaltim, tak boleh menghentikan langkah untuk meraih prestasi :D
Akhirnya aku memutuskan untuk
ikut IPC. Aku dari IPA ke IPS. Ya, karena aku memilih 3 jurusan. Yakni
psikologi (IPS), biologi MIPA (IPA), dan manajemen sumberdaya perairan (IPA). Dari
grade yang tinggi ke rendah. Aku memikirkan strategi juga. Ya jelek-jeleknya,
pasti masuk ke manajemen, grade rendah, kuota masih banyak. Terkadang aku juga
berpikir, betapa beruntung anak IPA, tidak semua jurusan yang terisi penuh
alias masih banyak kuota. Contohnya agroteknologi, teknologi hasil pertanian,
kehutanan, budidaya perairan, sosial ekonomi perikanan, manajemen sumberdaya
perairan, fisika, dan peternakan.
Mekanisme pendaftaran yang
dibilang sulit juga sebenarnya nggak juga sih kalau udah nyoba. Ini juga yang
bikin aku sedikit lebih berhati-hati dalam beli pin di Bank BNI sampai mengisi
borang pendaftaran. Jangan sampai salah! Bisa bayar dua kali. Strategi dalam
mengerjakan soal pun tak luput dari perhatianku. Paling jelek ngerjain soal
kemampuan IPA seyakin-yakinnya 1 soal bener. Kalau salah, yaudah. Yang penting
isi hehe. Daripada nggak diisi, kena nilai mati, ndak lulus ujian. Gileee
beneerr.
Di saat yang lain sudah mulai
sibuk cari tempat bimbel. Aku-nya galau. Pengen ikut tapi selalu keinget
kata-kata mamak di sela aku mijit beliau.
“Bapak banyak utang sana..sini…
duh pusingg..”
Kalau udah kayak gitu, nggak
berani minta uang buat bimbel. Hmm…kira-kira bimbel sebulan 1 jutaan. Sadar diri. Sebelumnya aku udah ikut bimbel UN. Masa ikut lagi. Mengingat suasana
bimbel yang kurang kondusif. Bikin aku stress. Yaa.. sempat aku utarakan
keinginanku sama bapak. Beliaunya setuju-setuju aja. Toh rezeki selalu datang
tiap hari. Namun setelah menimbang matang-matang, aku putuskan belajar sendiri
di rumah. Bismillah… kerja keras di rumah.
Terkadang aku juga bersyukur
tidak ikut bimbel di tempat bimbel UN-ku. Ada guru yang kalau ngomong ncus-in bahkan yang lucu.
Hahahaa. Teman-temanku sampai pada curhat tentang mereka. Mereka yang
bimbel takut ndak lulus. Lah aku loh, ndak ikut bimbel, santai aja heehe. Yang
penting main strategi pikirku.
“Ga boleh kalah sama teman-teman yang bimbel! Aku pasti bisa!”
Aku membeli buku SNMPTN IPC
online di bukukita.com. Aku bersyukur sekali sudah bisa belanja online. Karena
banyak buku yang kuperlukan tidak ada di kotaku, Bontang. Bapak juga nggak
pernah keberatan aku beli online. Malah penasaran apa yang kubeli. Selalu
mendukung beli buku. Selama itu buku baik, selalu disediain uang.
Alhamdulillah.
Di rumah memang kayak pasar.
Banyak pasien bapak. Adik-adikku berantem.
“Intii, AO (teletubbies, pen)!”
“Nggak! Mba Binti lagi belajar.
Jangan ganggu ya!”
Alhamdulillah, buku SNMPTN yang
kupilih ada CD. Bisa latihan soal. Latihan pertama, duuh nggak lulus. Grade
masih jauh di bawah. Belajar bareng juga dengan teman, Anisa Kumalasari. Alhamdulillah
perlahan-lahan meningkat.
For a pessmist I’m pretty optimistic ;)
Bismillah..
Komentar