Behind Scene Of My SNMPTN Tulis (3)

Gini ya rasanya jadi orang jualan. Hehe

Dag dig dug der!! Gluduk gluduk gluduk.

Ini suara gledek atau orang jatuh apa ya? Oh itu suara jantungku. Ciaahh… beda ya? :P Makin aneh menjelang pengumuman SNMPTN Tulis. Haha

Aku sadar diri untuk memainkan strategi dalam mendaftar di dunia perkuliahan. Karena banyak kemungkinan di sini, lulus atau tidak. So, aku mengambil jurusan analisis kesehatan dan keperawatan di Poli Teknik Kesehatan Samarinda (Poltekkes). Sedangkan di Perguruan Tinggi Negeri aku menunjuk Kampus Universitas Mulawarman sebagai tempat berlabuh (kapal kaleh!), aku ikut IPC, ambil Psikologi, Biologi MIPA, dan Manajemen Sumberdaya Perairan. Tentu saja sudah kupikirkan matang-matang (sampai hangus) mengenai prospeknya ke depannya. Sudah ku-list rencana-rencana jika misalnya aku masuk jurusan ini atau ini.

Penting sekali untuk memainkan prasangka baik dan buruk di situasi seperti ini. Tak lain supaya menyeimbangkan prasangka. Jadi nggak kaget kalau misalnya menerima kabar buruk sekalipun J

Setiap aku mulai khawatir dengan pengumuman. Aku selalu menulis di binder yang berubah jadi diari sederhanaku. Aku siap menerima semua keputusan. Aku sudah menyempurnakan usaha dan doa, terakhir adalah tawakal. Raja’ kepada Allah. Apapun hasilnya aku terima. Mantap.

Sudah kuniatkan di awal setiap mengikuti organisasi dan kegiatan yang positif. Aku ingin menambah teman dan informasi. Nilai plusnya juga untuk menjadi bekal di masa depan. Kala bimbang dan takut akan suatu putusan, aku bisa menggunakan pengalaman di dunia dulu yang pernah kumasuki sebagai salah satunya. Contohnya mengapa aku ingin di Poltekkes karena aku punya basic di dunia PMR. 

Supaya memantapkan persiapan, aku ikut try out di Poltekkes, satu minggu sebelum ujian asli. Aku jawab asal karena belajar apa adanya. Hasil TO, aku urutan 5. Hehe. Belum jamin lolos. Ujian Poltekkes diadakan di gor Segiri Samarinda. Duhei, keramnya leher karena harus ngebuletin LJK sambil membungkuk 3 jam.
“Susyeh eh! Katanya mirip UN. Asal jawab! Yang penting isi!”

Alhasil, aku nggak lolos. Sebelumnya aku sudah siap jika nggak lolos. Poltekkes ini hanya cadangan. Aku membidik SNMPTN tulis. Tetep aja sedih. Apalagi aku nggak lolos sama Anis, teman seperjuangan. Tapi kami harus saling menyemangati. Nggak boleh larut dalam kesedihan. Karena kami harus menabung keyakinan untuk 7 Juli, pengumuman SNMPTN tulis. I believe we have much happy ending.


“Siapa yang dikehendaki oleh Allah padanya sebuah kebaikan, maka diberinya musibah J ” (HR Bukhari)

Semakin dekat dengan hari H, hariku masih santai. Aku memikirkan kemungkinan terburuk dari suatu usaha, ya jika gagal datang apa yang harus kulakukan. Aku juga menerapkan contingency plan, rencana cadangan darurat. Jika aku memang tak masuk Poltekkes bahkan PTN, aku akan menjadi wartawan atau fotografer Bontang Post. Aku sudah melirik lowongan pekerjaan itu. Ya, aku tetap di Bontang. Padahal aku ingin sesekali di luar Bontang. Artinya, aku tak rugi pernah ikut Student Journalism Bontang Post


Teman-teman alumni ROHIS Smansa Bontang mengadakan kegiatan. Kami mau meluncurkan FARIS (Forum Silaturahim Alumni Rohis) SMAN 1 Bontang. Niat mulia dari angkatanku yang tak rela jika ROHIS padam. Bayangkan saja di setiap lomba dan kegiatan, kami selalu disorot.


“Mana ROHIS Smansa?? Kok nggak ikut??” 

Selain itu, sekolah yang serba gratis ternyata membuat ROHIS kesulitan mendapat pasokan dana jika mengikuti kegiatan selain dari kas tentunya. Aaah, gratis terkadang membuat mental menjadi gampang gratisan. Setiap diminta sukarela menyumbang pasti ada yang nyeletuk,

“Katanya gratis, kok nyumbang sih??”

Nah, jadi mental gratisan kan. Ya, kupikir kebijakan yang terlalu lama tak baik juga, sekolah gratis misalnya. Sebaiknya ada rentang waktunya. Selalu ada perubahan di dalam masyakarat. Peraturan harus dinamis.
Alhasil, kami memutuskan untuk jualan buku bekas murah di parkiran sekolah. Buku bekas kami dapatkan dari teman-teman yang belum sempat di booking bukunya sama adik kelas. Sedangkan beberapa dari teman-teman yang sekolah di swasta. Sempat ragu juga apa mau mereka yang swasta nyumbang padahal tahu untuk galang dana FARIS?? Alhamdulillah ikhlas nyumbang. Jazakallah khairan katsiro. 

Kami memulai jualan tepat setelah selesai orientasi Smansa. Yaa, sepi memang. Tapi kami tak mau mengganggu. Selain itu, kami menjual es kopyor dan opak singkong. Yang beli anak OSIS, guru, dan kami sendiri. Hahaha. Buku yang kami jual juga sangat murah dan miring banget. Buku yang kami pakai tahun lalu yang kami beli ratusan, dijual lebih dari setengah harga jual loh! Ajib. Aku juga mengumumkan via FB. Tapi kayaknya hanya sedikit yang menaruh perhatian. Aih, sayangnya, limited edition, murah lagi! Yang beli dapat pahala juga ^^v.




hujan-hujan tetap semangat jualan
Es kopyor dik! Opak singkong dik!



Tahu nggak? Ini sebenarnya langkahku untuk sedikit mengalihkan perhatian dari pengumuman SNMPTN Tulis. Sms dari seorang teman memberitahu kalau pengumuman di majukan yang semula tanggal 7 Juli jadi 6 Juli. Tepat saat itu aku jualan!

“Va, beneran tar malam pengumuman?”
“Eh, beneran? Jangan-jangan boong.”
“SNMPTN undangan kemarin sih dimajuin. Kayaknya yang ini juga deh!”
“Aaaaaahhhh… Deg-degan!”

Aku keringat dingin.

Di rumah ada pengajian bapak-bapak. Aku sibuk menenangkan diri dan sedikit bantu-bantu. SMS terus berdatangan dan ngendap di inbox. Pengajian dimulai, aku mengendap di kamar. Sekali lagi, aku mengalihkan perhatian dari horornya pengumuman SNMPTN. Aku setel CD Negeri 5 Menara-nya Jaelani. Aku selami dalam-dalam talk show antara Pak Andy dan Ahmad Fuadi itu. Aku terbawa suasana. Terkagum-kagum akan mimpi-mimpi dan pejuangan sahibul menara. Aku larut.

SMS nanya ini itu terus berdatangan.

“Alhamdulillah aku masuk kesmas.”
“HI, Bin! :D ”
“Belum kulihat nih. Kamu??”
“Aku nggak lolos. Ya, semua.”

Aku terdiam membaca SMS terakhir dari Anis. Teman seperjuanganku yang belajar bareng lewat buku SNMPTN. Lah, bagaimana denganku?? Aku ketakutan dan menangis. Aku keluar kamar dan ingin lihat pengumuman tapi dicegah kakakku. Katanya tunggu masih pengajian.

Aku masuk kamar dan mengambil Al Qur’an. Dalam sela tangis, aku membaca huruf-huruf arab itu. Tanganku gemetar. Pikiranku kalut. Terbayang muka ceria kawan-kawanku yang lulus, muka sedih, tertawa, sampai sujud syukur. Anis nggak lulus, bagaimana denganku?? Kenapa nggak lolos? Bukankah sejelek-jeleknya pasti masuk Manajemen Sumberdaya Perairan? Aku yakin itu. Pasti ada kesalahan fatal yang ia perbuat dan nggak bisa ditolerir panitia. Aku terus membaca Al Qur’an. Sudah satu jam setengah setelah pengumuman, pengajian belum usai di luar. Aku makin nggak tenang dan ketakutan. Kudekap Al Qur’an di dada dengan keyakinan penuh. Allah kurasakan begitu dekat. 

Luluskan hamba, ya Rabb!

Terngiang-ngiang lowongan wartawan Bontang Post. Muka sedih Anis.

Akhirnya pengajian usai, kakakku mengetuk pintu dan memperbolehkan aku keluar. Aku bergegas menuju modem dan menyalakan lepi. Segera kuarahkan pencarian ke web resmi SNMPTN. Ahai itu dia… Aku masukkan nomor peserta dan tanggal lahir. Sempat ngadat, mungkin banyak yang buka. Akhirnya bisa, dan loading-nya kurasa lambat banget. Aku sudah nggak sabar. Aku terlebih dahulu melihat kata-kata itu.

Selamat atas keberhasilan anda!

Baru kusapu penglihatanku ke atas web. Subhanallah, aku lolos di pilihan pertama, jurusan psikologi Unmul! Allahu Akbar!!

Kakak tersenyum bahagia di sampingku. Adiknya ini akhirnya merasakan bagaimana senangnya masuk PTN, seperti dirinya dulu. Ibu-ibu sibuk mengantarkan makanan ke ruang depan. Aku langsung mencari Mamak dan memeluknya erat. Aku membisikkan kalau aku lolos ujian tulis SNMPTN. Aku menangis di bahu beliau. Tak peduli tatapan heran bapak-bapak. Kemudian aku salami bulek, bude, pakde, sepupu, dan omku. Terakhir Ayahku.

“Tuh kan, Bapak tuh percaya kamu bisa. Insya Allah Bapak ada rezeki buat kuliahmu. Kuliah di Samarinda, Bapak kan bisa jenguk kamu kapan saja. Nggak khawatir.”

Aku jadi teringat ucapan meremehkan dari pasien Ayah.

“Wah, ngapain masuk IPC?? Percuma aja belajar 2 tahun. Berat.. Sedikit yang masuk.”

Sekarang aku bisa buktikan bahwa aku bisa. Aku tampik keraguan akan kemampuanku itu. Benar, aku belajar mandiri menghadapi SNMPTN tulis. Dan benar, bersama Allah tak ada jalan buntu J

Setelah itu aku tanya kabar teman-teman yang lain. Alhamdulillah ada yang lolos namun juga ada yang tidak. Aku jadi sedih karena Anis nggak lolos. Anis, teman seperjuanganku. Kami belajar bareng, latihan bareng. Malam itu melihat begitu banyak status yang bahagia. Tapi aku tak sepenuhnya bahagia, karena ada temanku yang tak lolos. Aku juga mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung pilihanku dan berdoa untukku kelancaranku. Malam itu, aku bersujud lama di salat Isya’. Bersyukur atas karunia Allah. Alhamdulillah.

Siap tak siap. Mau tak mau. Semua masalah dan ujian pasti terlewati! ;)

Esoknya hari kedua jualan. Anis mengundurkan diri. Aku mengerti. Hari Sabtu itu, banyak yang ke sekolah dengan tampang bahagia. Kami menyalami tangan guru-guru. Dan berterima kasih atas doa dan dukungannya. Hujan menemani kami jualan. Hariku sedikit cerah. Setidaknya satu ujian telah terlewati. Hasil jualan juga memuaskan. Asli mematahkan kekhawatiranku saat itu. Alhamdulillah.

“Jadilah sarjana yang mengedepankan kualitas jangan kuantitas. Dokter ya dokter berkualitas, jangan dibayar baru diobati. Psikolog yang mengerti kliennya juga.”, ceramah Bu Yuli, guru fisika yang kusegani.


Untuk teman-teman yang tak lolos. Yakin bahwa Allah punya rencana yang selalu baik. Jangan larut dalam kesedihan. Dan berhentilah memaki keadaan yang lalu. Jadikan pengalaman sebagai guru yang terbaik. Percaya sama Allah. Keep holding on!

“Sungguh doa itu didengar Tuhan, tapi Dia berhak mengabulkan dalam berbagai bentuk. Bisa dalam bentuk yang kita minta, bisa ditunda, atau diganti dengan yang lebih cocok dengan kita” (Ranah 3 Warna)

“Ketika menghadapi sebuah ujian yang amat berat, berarti Allah telah memberikan kemampuan yang amat besar pada dirimu untuk menaklukannya ;)” (Asma Nadia)

Semangat kawan! 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lomba Horor Tengah Malam

Talk About MAMA

Binti, Binti, dan Binti