Binti, Binti, dan Binti

Hi, my name is Binti :D

Aku terlahir sebagai anak kedua dari empat bersaudara. Anak paling ganteng. Bahahaa. Maksudnya anak cewek sendiri. Hehe. Merasa istimewa karena terlahir pada saat tahun baru masehi tahun 1994. Lebih istimewa lagi, tanggal lahirku sama dengan tanggal lahir mamakku. Kompakan ceritanya neh ^^v

Tapi jujur ya. Aku nggak suka dipanggil ‘mba’ sama teman-teman sebaya. Merasa paling tuhak atau malah tampang ibu-ibu ya? Bahahaaaa. Kalau ini mah keterlaluan kali, masih ABG gini dipanggil Ibu.

“Heik? Apa?” pake muka heran jelek. Nggak terima.
“Karena kamu dewasa!”

Ya Allah… Dewasa sih dewasa. Tapi nggak usah sampai panggil mba kali. Justru ketika mereka memanggil namaku yang kusuka, aku merasa dihargai dan disayang.

“Mba Bin!”

Nggak noleh.

“Binti!”

Baru noleh.

Back to the poin.

Dulu aku tak tahu arti dari sebuah nama. Aku hanya mengerti kalau namaku, Binti. Begitu orang-orang memanggilku. Dari lahir sampai SD tak ada yang mengolok namaku dengan terang-terangan. Mungkin dibalik punggung mereka berbisik heran dan geli.

“Namanya aneh!”

Sampai lepas dari masa itu. Aku mulai sedikit  mengerti maksud dari namaku tapi ndak semua. Binti Mufidatul Jahro’ (pake petik atas), itu nama lengkapku. Sebenarnya yang diakui Ayah itu, Binti Mufidatuz Zahro. Tapi orang kecamatan salah ketik di akte. Gitu deh jadinya sampai sekarang.

“Binti artinya anak perempuan.” Klise penjelasan Ayah.

Aku pun tak sendiri menyandang nama depan ‘Binti’ ini. Di SD ada yang namanya Binti Mai Saroh, dipanggil Mai, di SMA ada Binti Karomatul Laili, dia dipanggil Binti. Dia ini adik kelasku sedangkan Mai teman sebaya. Heh, pasaran namaku deh hehe. Geer yaw!

“Binti!”

Pas ada Binti dan Binti. Noleh dua-duanya. Pasti salah satu yang dipanggil. Alamak! Ternyata si Laili itu. Untug nggak kusahut keras. Malu dong!

Di TV pun aku terkejut karena yang diwawancarai bernama Binti. Dia sudah ibu-ibu dan pengusaha tasbih. Senyum-senyum sendiri aku melihatnya.

“Kami nikahkan, Binti…Binti…”
“Bintul!”

Teman-teman yang iseng tuh.

“Binti Mufidatul Jahro’, artinya anak perempuan dari Mufidatul Jahro’. Kalau dipanggil Binti, ya mana ada namanya dong!”, kata guru Sosiologiku. Tertohok dalam. Kesian.

“Oh, Binti. Ada Binti lagi ya,” kata Miss Talya, guru Bahasa Inggris SMA. Maksudnya Binti Karomatul Laili itu.

Ketika memperkenalkan diri sesaat mewawancarai Andrea Hirata. Aku mewanti-wanti namaku.

“Nama saya Binti Mufidatul Jahro’. Panggil saya Binti. Memang terdengar aneh, tapi kalau diucapkan 
berkali-kali nggak bakal aneh kok!” aku keraskan suara. Agar jelas terdengar. Biar nggak salah. Penonton tertawa.

Ketika diwawancari TV local akupun dengan tegas dan jelas mengatakan namaku Binti Mufidatul Jahro’.
Aku biasanya kerap menanyakan kepada teman, apakah dia terganggu dengan namaku?

“Nggak biasa tuh!”
“Pertama aneh. Tapi kemudian terbiasa.”

Peluk-peluk. Hehe. Makasih!

Bulan Desember 2011, penulis favoritku, Asma Nadia, sedang cetak buku terbarunya, Twitografi Asma Nadia. Aku ingat hari tambah usiaku di bulan Januari. Jadi aku memesan buku sekaligus minta ucapan dari Asma Nadia di buku itu. Aku merayu-rayu penjual online Asma supaya mengabulkan keinginanku itu. Akhirnya bersedia. Dan taraaaaa…paketan datang. Ucapan cantik dari Asma Nadia tertulis di halaman kedua. Seneng banget!!! Hebatnya, beliau menyapaku dengan panggilanku, Binti. Mungkin aku dikenal karena menjadi teman di FB dan pernah menyapa beliau.

Tiga hari yang lalu (17/7), paketan lomba nulis di web Kak OSD sampai rumah. Ada ucapan di halaman awal buku Cahaya di Atas Cahaya. Tapi Kak OSD tak menuliskan nama depanku alias hanya Mufidatul Jahro. Aku sedikit kecewa tapi berusaha berhusnudzon. Mungkin kak OSD bingung. Ni anak namanya siapa yak? :P

Aku jengkel ketika namaku salah ketik di sertifikat. Dari yang aneh sampai tak dapat kukenali. Ada Binti Mufidatul Zahro’, Binti Mufi Dahtul Jahro’, Binti Muflidatul, B. Mufidatul Jahroh, Binti Mufidatul Jihad (mentang-mentang utusan IRMA Masjid Al Jihad). Jadi aku lebih suka diberi sertifikat kosong baru nulis sendiri. Karena telah mengalami pengalaman yang kurang mengenakkan, aku ingin sekali jadi seksi kegiatan bidang cetak sertifikat XD

Ketika pengumuman SNMPTN tulis juga aku penasaran dengan pengumuman di harian nasional, Kompas. Aku dapat webnya. Aku mendapati namaku. Aku jadi iseng mencari Binti yang lain. Ahai, dapat! Hahahaaa… Aku tak sendiri. Ternyata banyak Binti di Indonesia! :D

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lomba Horor Tengah Malam

Talk About MAMA