Ketika Kemampuanmu Diragukan


Banyak yang tertegun dan meragukan ketika aku memutuskan masuk jalur SNMPT tulis IPC, kecuali ortuku.

“Percuma dong 2 tahunnya!”
“Susah. IPS mesti dipelajari juga!”
“Yakin bisa tembus?〝

Tapi ada juga yang mendukung ketika aku memutuskan memilih psikologi IPS karena psikologi IPA gradenya tinggi sekali dan berada di luar Kaltim. Sedangkan aku nggak direstui kuliah di luar Kaltim. Ya, sy sadar diri jika memilih Psikologi IPS ada komentar merendahkan. Sy punya masa lalu yang kelam. Hmmm. bisa dibilang begitu dah.

“Cocok tuh. Semoga keterima ya!”
“Semoga lolos, Bin!”

Ada yang membuatku sakit hati karena seorang teman. Dia juga masuk psikologi. Dia dari jurusan IPS. Gatau maksudnya bercanda atau serius. Tetap aja, aku tersinggung.

“Anak IPA ini harus dibinasakan. Kalau IPS baru dibina.”

Duh, pikirannya. Emang IPS nggak ada yang ambil kuliah di IPA? Ada lagi. Ketahuan deh. Gina saja yang IPS bisa masuk kebidanan Poltekkes. Febrian, Ali, dan lainnya masuk STT Migas di Balikpapan. Ersa di kesmas. Kami yang anak IPA nggak iri sama sekali, malah bangga dan mengucapkan selamat. Tahu akan perjuangan berat mereka di jalur sains, aku selalu mendoakan mereka. Sebaliknya yang IPS senang ketika tahu aku masuk psikologi, ada teman.

Sudah sejak dahulu selalu ada perang jurusan. IPS yang tersindir, IPA juga. Yang pemikirannya IPA prospeknya lebih luas, IPS terbatas. Hadeh terbatas sekali pikirannya. Rezeki itu teman, Allah yang ngatur. Sepreman-premannya orang aja Allah kasih rezeki, apalagi pelajar-pelajar baik yang mau memajukan bangsa ini. Betul, kan? 

Pasti semua tahu ekskul Karya Ilmiah Remaja (KIR). Anggotanya memang kebanyakan dari kubu IPA, yang lain IPS. Itupun IPS bisa dihitung jari. Aku salut sama kakak kelasku dari IPS, Syifa Isnaini namanya. Dia bisa menjadi ketua KIR dan menyabet beberapa lomba KIR. Lihat juga noh, ekskul PMR. Apa anggotanya hanya diperuntukkan untuk anak IPA atau jurusan kesehatan? Kagak toh. Dari SMK, IPS, sampai kelautan gabung di sini. Jadi nggak benar tuh yang IPA harus IPA, IPS harus IPS. 

Terus ngapain kalau di adain IPC sama pemerintah? Ini tak lain memberi kesempatan untuk IPA dan IPS menyebrang juusan, memilih jurusan yang diinginkan sesuai bakat dan minat. Sekali lagi, soal rezeki Allah yang maha Pemberi. Tinggal kita yang mau kreatif memanfaatkan peluang kesuksesan dan keberhasilan. Siapa tahu dengan masuk jurusan kuliah IPA atau IPS menambah ilmu yang berguna untuk mewujudkan mimpi mereka. Ilmu tidak akan sia-sia. Sesederhana apapun itu. Dan bisa aku bilang mereka (anak IPC) adalah pejuang keras. Kenapa mesti diragukan? So, jauh-jauh sudah pikiran picik seperti itu. Kita saling mendukung dan mendoakan dalam kebaikan untuk teman yang menyebrang jurusan alias IPC. Oke? J 


Jikalau orang-orang masih sibuk mengomentari kemampuanmu? Jangan dengarkan. GO AHEAD. Biarkan mereka sibuk dengan pikiran mereka sendiri. Saatnya menyiapkan diri menyambut kesuksesan di depanmu.


“There’s a lot of bood, sweat, and guts between dreams and success.”
Banyak darah, keringat, dan keberanian, antara impian dan sukses
Paul Bryant, pelatih American Football
Jangan dengarkan orang lain. Optimis!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lomba Horor Tengah Malam

Talk About MAMA

Binti, Binti, dan Binti