Sehat itu Mahal!
wajah sang konsumen == Padahal paranoid ntuh |
Siapa yang ndak suka
gulali? Pada suka kan, meski nggak terlalu. Ya nggak suka nggak usa icip *lirik
Tappei. HIHI. Gulali yang pinky siapa sangka pewarnanya berbahaya? Terus masih
ada bakso, tahu, mie, yang dicampur boraks. Terasi dengan bahan baku udang yang
busuk. Mudah-mudahan kalau di Bontang Kuala, tempat wisata di Bontang yang
terkenal dengan terasinya, original 100%.
Halo cendol? Halo juga
gula aren? Halo kecap? Aku juga mulai paranoid sama kamu. Waah, kayaknya
paranoid sama makanan-makanan yang berwarna. Hedeh.
Makin maju zaman, makin
‘kere’aktif aja penjual makanan. Ternyata bahan kimia berbahaya yang mereka
campur kebanyakan sudah lama dipakai sejak dahulu loh. Tapi pake nama daerahnya
gitu. Mereka emboh sama nama kimianya Contohnya boraks tapi aku lupa. Para
karyawan pun yang sehari-hari bercengkerama dan asyik campur ini itupun
kebanyakan nggak tahu apa itu.
“Di suruh, Bos.”
Mana pisau mana pisau
>> bercanda eh.
Nah, kalau sudah tahu.
Apa bos dan karyawan makan makanan beracun itu ya? :-/ Kalau nggak, kebangetan
banget neh. Sakit, sakit bareng konsumen dong.
Yang lebih pribadi juga
ada. Contohnya pembalut wanita. Yang banyak kubaca di internet, bahannya pakai
daur ulang kertas bekas dan serbuk kayu. Proses pemutihnya menyerupai kapas
memakai bahan kimia berbahaya. Dioxin berbahaya mengancam. Aku bahkan pernah
dapat forward SMS yang isinya, di
sebuah pembalut ditemukan cacing. Masya Allah!!
Sebegitu parahkah? Kok
tega? Demi menekan biaya produksi dan mendapatkan untung sebukit mengorbankan
kesehatan vital para perempuan. Dimana hati??
“Karena wanita ingin
dimengerti. Huooh…Huoohh…”
Ngek!
Sampo rambut pun tak
luput dari bahan berbahaya. Botol-botol bekas yang dicuci kemudian dimasukkan
cairan yang dibikin serupa. Hmmm…cairan blegedes ala nenek sihir. Pantesan kepalaku gatel mulu :-/
Sebuah Tindakan Antisipasi
Sebentar lagi jadi
mahasiswa. Mulai berhemat. Jika kemarin-kemarin tinggal pasang muka melas
dikasih. Entar mikir-mikir dulu. Soal makanan, aku sudah memikirkan kemungkinan
terburuk. Menu nasi, kecap, kerupuk, atau dengan garam. Oke. Sip.
Sudah biasa kalau di
sekitaran kampus Unmul banyak pedagang menjajakan makanan. Semua ada.
Murah-murah cuy. Sukses bikin mata mahasiswa berbinar-binar ngebet pengen
makan. Pengertian emang pedagang ini. Tos dulu bang!
Eits, setelah menonton
Reportase itu, aku jadi lebih hati-hati. Waspada dengan makanan yang murah
meriah. Porsi banyak, harga murah. Padahal bahannya lagi mahal pas itu. Kalau
beli ayam tepung, kebanyakan tepung, ayam secuil. Itu wajar. Ayam lagi mahal.
Lah ini.
Kemudian, pedagang
menjual makanan di tepi jalan. Banyak kendaraan dan berdebu. Mending jangan
dibeli. Kebanyakan mahasiswa gelap mata beli makanan sih. Murah, langsung beli,
beli banyak malah. Pas dimakan rasanya aneh.
“Aku beli usus. Habis
banyak yang beli. Satu tusuk seribu. Aku beli 4. Pas kumakan. Agak berlendir
gitu. Kumakan dikit aja. Nyesel tahu, Bin,” Kata Amel.
Makanya aku kalau beli
apa-apa lihat dulu tempatnya. Nggak mau asal samber. Kasian perut. Terus
menyiasatinya? Aku sedia susu dan roti untuk makan pagi atau pas nggak ada
makanan. Masak sendiri di dapur. Mie? Jangan kebanyakan makan mie ya.
Dari begitu banyak makanan yang berbahaya dan palsu, pastikan berdoa sebelum makan. Di mata begitu membuat liur netes, tapi kita tidak tahu apa yang terkandung di dalamnya, campurannya. Hanya Allah yang melindungi :)
Untuk pembalut, aku
beralih ke pembalut herbal. Penjualnya sempat heran, ini masih pelajar kok beli
ini. Soalnya kebanyakan ibu-ibu gitu. Tapi setiap terbayang bahaya pembalut
berbahaya yang bisa menimbulkan Fibroid, Myom, kista, sampai kanker serviks,
aku jadi kuatkan hati beli pembalut itu. Avail BIO Sanitary Pad namanya. Memang
mahal sih. Pantyliner aja 28 ribu, normal 30 ribu, untuk malam 32 ribu. Kalau
beli pembalut yang biasa, mungkin udah dapat 4 biji.
Aku rela nggak jajan.
Nahan iler ketika liat kue enak hanya untuk beli Avail. Nggak nyesel. Emang
enak kok pakai Avail. Pembalut herbal. Aman, berkhasiat, dan tentunya adem J
I
did all because I knew, healthy is so EXPENSIVE.
Apa lagi yang palsu??
Kalau sebelumnya berbau
racun kalau ini berbau palsu. Tidak hanya makanan yang dipalsukan, barang pun
dipalsukan. Muka aja palsu. Ups. Kidding
ahaha.
Buku ada yang palsu.
Alias dibajak jadi palsu. Musik, baju, HP apalagi. Luarnya cakep Nokia,
dalamnya bredelan China. Niatnya mau beli yang asli. Sakiiittt.
Tayangan Reportase
Investigasi di Trans membuatku galau. Aku jadi konsumen paranoid ini L
Tapi setidaknya lebih berhati-hati dalam menghadapi dunia kepalsuan produk di
Indonesia ini :P
Betewe…
Aku rindu sama
kejujuran Rasulullah SAW. Beliau bergelar Al Amin, yang dapat dipercaya. Beliau
pedagang yang jujur. Maafkan umatmu ini ya Rasul. Bukan menyayangi sesama tapi
malah membunuh sesama (dengan perlahan) L
Komentar