Antara Model Berandal dan Anak PUSDIMA

"Jika masa KKN Reguler terus bergulir tiap tahun. Maka LPPM memberikan kesempatan suatu lingkaran persahabatan baru di antara mahasiswa yang berbeda satu sama lain. Kemungkinan lain bisa juga mengikuti: permusuhan tak berkesudahan."

Apa yang terlintas di kepala ketika mendapat teman2 KKN Reguler yg berbeda jurusan sampai karakter? Stalking sosmed satu sama lain? Yap, bener banget.

Satu perbincangan unik kala kami membuka bab awal mengenal satu sama lain saat di posko. Dan ini menjadi hal favoritku. Sukses mengundang tawa kami berenam.

"Wah, anak Pusdima (anak Musholla). Jilbabnya lebar banget. Gimana sudah ini? Aku loh biasa2 aja."

"Liat foto Aji kayak berandal. Foto profilnya pakai baju singlet, kacamata hitam. Takut aku."

"Mampus! Nggak kenal sama sekali sama kalian berlima. Haha..."

"Waduh, satu kelompok sama anak Pusdima!"

"Pas aku lihat foto profilmu, aduhai alay banget. Gak kebayang satu kelompok sama anak alay. Haha..."

Endingnya...

"Ternyata sama bungul-bungul juga pang kadang."

"Manusia biasa semua bah."

"Tapi jujur eh, aku jadi lebih alim sekarang. Baca Al Qur'an. Biasa aku jarang-jarang."

Entahlah. Sampai detik ini, aku sangat bersyukur banget, Allah mempertemukan kita semua di titik takdir itu. Karakter beda, jurusan beda, latarbelakang beda, beda asal kota pula. Satu persatu rahasia mulai terkuak. Pipit yg berbicara jujur banget alias ceplas ceplos, jago masak, pendengar yg baik. Irma yg sifatnya keras bin perhitungan tapi rela berkorban demi teman2nya (ini yang bikin aku terharu sampai sekarang :") ). Aji yang konyol, kadang kritis kadang iya-iya aja (tergantung cuaca mungkin haha), sekaligus bisa jadi supir kemana saja. Endah yg pendiam tapi sebenarnya perhatian banget dan multi talent. Diam-diam menghanyutkan. Fadli yg tenang pembawaannya, kaya ide games menarik buat anak-anak tapi sulit basa basi.

Alhamdulillah diberi kemudahan dan kekuatan di sela terjun mengabdi di masyarakat di sana. Bersilang pendapat, sudah biasa. Masih bisa dijembatani. Merinding dengar kisah kelompok lain yg bertengkar rebutan koper di tengah jalan, proker nggak jalan, bahkan masyarakat gak tahu kalau sedang ada KKN di sana.

Meskipun banyak disuguhi keterbatasan. No sinyal. No listrik. No air. Di sana aku belajar menyelami dinamika kehidupan warga masyarakat di Berantai. Sekolah laskar pelangi. Dunia anak-anak. Menambah saudara. Tempat aku bisa menatap sungai dengan warna hijau, bukan hitam, bukan coklat. Surga yang tersembunyi. Merasakan batuk akibat kabut asap pekat.

Dan kami berenam tetap bisa saling melengkapi, mendukung satu sama lain. Masih bisa menjaga jarak aman dan batasan. Bukan soal model berandal dan anak Pusdima tapi tentang bagaimana mengombinasi semua untuk mencapai tujuan bersama. Beda model, satu tujuan. Semua tetap indah di jalur yang aman. And this: don't judge by it cover!

Satu hal ku camkan: aku tidak pernah menyesal dan takut memilih KKN reguler (karena hanya memilih kota. Tidak bisa memilih desanya termasuk kondisinya, fasilitasnya). Meskipun tmn2 yang lain lebih banyak KKN mandiri. It's our own option.

Sedangkan Labuan Cermin dan Derawan adalah bonus lain dari perjalanan KKN ini 😁

Untuk kawan2 yang akan menjelang KKN tahun depan, jangan bingung. Ikuti kata hati. Tidak selalu harus konformitas dengan teman lain. Keluar zona nyaman sesekali nggak ada salahnya. Terjun ke dunia sebenarnya.

Dan agenda berikutnya adalah... harus nge-blog tentang 'Tabalar Ulu' supaya muncul di google! Agar memudahkan the next Geng Berantai 2016 mencari tahu tentang 'Tabalar Ulu'. Sudah pasang sticky note di kamar. Masih saja terlalu kusut untuk mengurainya. Saking banyak yg pengen diceritain tentang Tabalar Ulu 😅

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lomba Horor Tengah Malam

Talk About MAMA

Binti, Binti, dan Binti