Kosong dari Tiga: Ketika Jenuh Skripsi Melanda



Loha, Assalamu’laikum, wal!
Sehat?
Alhamdulillahhhhh…

            Jika dideskripsikan, tampangku sudah sedemikian buruk ketika jadi mahasiswa semester agak banyak ini. Baju kumal, atas bawah kadang nggak matching ke kampus, warnanya gelap kelam, sepatu itu-itu aja. Ahahaa, you know.
            “Mbak, anak maba ya?”
            Ini pertanyaan macam apa ini. Hahaa. Behh… minta ditraktir si ading tingkat. Traktir permen satu buah, iya.
Skripsi sis?
Eum, sehat juga Alhamdulillah (senyum teketjut). Tiba-tiba mendung menjalar dari kos ke kampus. Hujan lebat. Banjir. Nggak jadi konsul. Hahaha. Please, itu hyperbola, wal.
            Akhir masa sekolah dan akhir masa kuliah adalah waktu yang… cukup banyak untuk bekesah… dalam tulisan! :p Kembali ke pola awal. Yes, that’s me. Setelah sebelum-sebelumnya berkutat di jangka pendek dalam organisasi. Seringkali aku tidak bisa fokus untuk menulis, karena pikiran lebih terserap ke internal organisasi.
            Bangun belajar saat subuh hari adalah keadaan yang cukup berat karena biasa begadang. Beda saat di rumah. Ah iya memang, kalau di rumah kondisi mental dan fisik memang lebih terjaga, seperti masa sekolah dulu.
            Saat badan drop, isyarat badan dengan sinyal nyeri dada dan menggigil sudah cukup membuatku prefer memberikan hak tubuh untuk istirahat. Bagaimana jika endingnya berakhir di rumah sakit persis 4 tahun silam? Detik-detik mendekati UN. Bedanya sekarang bertatap dengan skripsi. Heum, jadi ingat 5 tahun yang lalu masuk rumah sakit gegara kecapekan mempersiapkan UN. Saat itu ditemani sama alm. Mama :’) Ah iya, masa skripsi gini juga mau tumbang? Emang entar siapa yang nemeni di RS? :’)
            Allahumma ‘afini fi badani. Allaahuma ‘afini fi sam’i. Allahumma ‘afini fi bashari. Allahumma inni a’udzu bika minal kufri wal faqri. Allahumma inni a’udzubika min ‘adzabil qabri laa ilaaha illa anta.
            Ya Allah, sembuhkanlah badanku. Ya Allah, sembuhkanlah pendengaranku. Ya Allah sembuhkanlah penglihatanku. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekafiran dan kefakiran. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, tiada Tuhan selain-Mu.

KOSONG DARI TIGA

            Terkadang ngerasa nggak sanggup nerusin nulis ‘novel’ berjudul skripsi ini. Kebuntuan yang kadang berada di otak. Maka lebih sering nyicil beberapa kalimat, setelah itu berhenti.
            Dulu ketika masih kelas 2 SMA, pernah ikut ekstrakulikuler Karya Ilmiah Remaja (KIR). Itupun sebenernya nggak ikut, tapi di’sesat’kan nggak sengaja sama kakak kelas. Pelakunya adalah Kak Syifa, kak Lisa, dan dua orang lainnya. Mereka ujuk-ujuk datang ke kelas, minta kesediaanku untuk ikut dalam tim mereka di penelitian tentang Taman Nasional Kutai. Akhirnya kuiyakan.
            Beehh… selama pelatihan dan penelitian di lapangan, aku lebih sering memperhatikan fasilitator di depan atau nggak jatuh pulas tertidur -_-“
            “Ya Allah… ini bahasa apaan?” Otakku masih nggak sinkron dengan bahasa ilmiah-ilmiah. Kalau berkaitan dengan bahasa fiksi, langsung melek mata. Hahaa. Nggak heran, biasa remedial matpel Bahasa Indonesia atau nggak silang pendapat terus sama guru Bahasa Indonesia di kelas.
            “Loh, Bu, kok jawabannya yang itu? Di kalimat mengisyaratkan jawabannya B, buk..”. Demi berdamai dan memperbaiki citra buruk menjelang kelulusan SMA, aku memberikan hadiah buku ‘Mata Ketiga Cinta’-nya Bunda Helvy Tiana Rosa untuk beliau. Peace, yah, ibuk!
            Meskipun pernah remedy Bahasa Indonesia, tapi untuk urusan menulis tetep jalan. Menulis adalah sarana berekspresi tanpa harus memedulikan kaidah. Yes, sometimes like that! Berbeda dengan karya ilmiah yang tiap paragrafnya ada pedomannya.         

MALES LIAT MEDSOS
            Kamar kos ukuran 2 x 3 meter membuatku lebih cepat bosan. Mengendarai motor dan melarikan diri ke hutan dan pantai selalu sukses membuatku rileks. I’m feel alive again.
            Come on, sekarang harus lebih fokus ke jangka panjang!
            Kata Bang Andrea Hirata tanggal 4 Mei 2012 lalu, kamu harus fokus! Ingat ‘kan?
            Jika malas menyerang, pandangi dalam-dalam potret keluarga dan sahabatmu, bukankah itu menjadi motivasi terbesar.
            If you could see me now, ma. Bener-bener anak perempuanmu ini minta dihambur pagi-pagi buat belajar subuh. Hahahaaa…

            Well, masih kosong dari tiga. 


(Tulisan ketika jenuh melanda, Januari 2017)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lomba Horor Tengah Malam

Talk About MAMA

Binti, Binti, dan Binti